-->

Uraian Teori.com

Uraian teoritis adalah sebuah narasi lengkap dan sempurna tentang variable yang diangkat dalam judul skripsi dan konsep yang menyertai variable tersebut

  • Home
  • About
  • Kontak
  • Sitemap
  • Menu ▼
    • Bahasa Indonesia
    • Ekonomi
    • Fisika
    • IPA
    • IPS
    • Kewarganegaraan
Home » Bahasa Indonesia » Pengertian Puisi Dan Unsur-unsurnya.

Pengertian Puisi Dan Unsur-unsurnya.

     
Pengertian Puisi

Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poites, yang artinya membangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, dan menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, maka kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1983:10). 



Puisi adalah susunan kata-kata yang dipilih dan dirangkai untuk menimbulkan efek dan daya sentuh, tentunya dengan maksud yang lebih luas. Kata-kata atau lebih luas lagi bahasa, sesungguhnya memiliki kekuatan- kekuatan, daya pukau, dan daya sentuh yang luar biasa. Kekuatan-kekuatan inilah yang dieksplorasi penyair untuk mengungkapkan maksud dan gagasannya agar dapat menyentuh perasaan, imajinasi, dan pikiran pembacanya. Dengan pemilihan kata-kata, dengan penggunaan majas, dengan eksplorasi bunyi, dengan penggambaran - penggambaran yang seolah bisa diindera pembaca, dengan susunan struktur dan kata-kata yang menimbulkan irama dan tempo yang dikehendaki, dan dengan berbagai potensi-potensi atau kekuatan-kekuatan bahasa lainnya. Puisi merupakan hasil penafsiran penyair terhadap kehidupan(Aisyah, 2007:2).




Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kosasih (2012: 97), puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata konotatif yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian. 

Puisi salah satu bentuk karya sastra yang pendek dan singkat yang berisi ungkapan isi hati, pikiran, dan perasaan pengarang yang padat yang dituangkan dengan memanfaatkan segala daya bahasa secara pekat, kreatif, dan imajinatif. Secara bebas dapat dikatakan bahwa puisi adalah karangan yang singkat, padat, pekat (Suroto,1989:40). 


Puisi merupakan karya sastra yang terikat ketentuan atau syarat tertentu dan pengungkapannya tidak terperinci, tidak mendetail atau tidak meluas. Isinya tidak sampai pada hal-hal yang kecil dan tidak sejelas karya sastra berbentuk prosa. Karya sastra puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan hal-hal yang pokok dan pengungkapannya dengan cara pengonsentrasian, pemusatan dan pemadatan. Pengonsentrasian, pemusatan, dan pemadatan dari segi isi maupun dari segi bahasa.Dari segi isi, pemusatan yaitu pengungkapan berpusat pada masalah yang pokok saja. Pemadatannya yaitu bentuk yang berupa larik-larik tetapi dapat mencakup peristiwa yang sangat luas dan sangat mendalam. Sedangkan, pengonsentrasiannya yaitu peristiwa tidak langsungdiungkapkantetapi adanya pemilihan kembali pada peristiwa yang akan diungkapkan. Dari segi bahasa terdapat pula penghematan, pemadatan, dan pengonsentrasian serta pemusatan. Penghematan bahasa dalam arti penggunaan kata yang sangat mendukung atau sangat tepat untuk digunakan. Pemadatan bahasa dalam arti penggunaan kata tertentu dan terbatas dapat mewakili peristiwa yang luas dan mendalam. Sedangkan, pengonsentrasian dan pemusatan bahasa adalah adanya pertimbangan yang sangat masuk dalam menggunakan atau memilih kata (Zainuddin, 1991:100).



Puisi merupakan salah satu karya sastra yang menggunakan bahasa imajinatif. Ciri khas puisi karena kekuatan puisi terletak pada kat-katanya. Puisi sering juga menggunakan lambang-lambang untuk menambah kepuitisannya dan menggunakan berbagai macam majas. Menurut Herman J. Waluyo (2003:1), menyatakan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).



Puisi adalah ekspresi yang konkret dan yang bersifat artistik dan pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Puisi adalah ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau menyatakan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang memanfaatkan setiap wacana dengan matang dan tepat guna (Blair&Chandka dalam Tarigan, 1991:7). 



Dari beberapa pendapat tersebut, penulis mengacu pada pendapat Suroto yang menyatakan bahwa puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang pendek dan singkat yang berisi ungkapan isi hati, pikiran, dan perasaan pengarang yang padat yang dituangkan dengan memanfaatkan segala daya bahasa secara pekat, kreatif, dan imajinati.



Unsur-Unsur Puisi

Unsur-unsur puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik dan struktur batin Waluyo (1987:106-130). 


Unsur Fisik 

Unsur fisik meliputi hal-hal sebagai berikut. 


a. Diksi (Pemilihan Kata) 

Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu makna, susunan bunyinya, maupunhubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya.Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Katakata dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-kata yang berlambang. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis, yang memunyai efek keindahan, bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya (Waluyo, 1987:106).



1 . Kata Konotasi 

Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan, imajinasi, dan sebagainya. Kata-kata dalam puisi banyak menggunakan makna konotatif atau kiasan terkadang ada yang merupakan suatu perbandingan. 


2. Kata – Kata Berlambang 

Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti lambang, tanda, ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu, sering digunakan penyair dalam puisinya contoh, puisi Hujan Bulan Juni didalamnnya terdapat lambang-lambang itu, misalnya dinyatakan dengan kata hujan dan bunga. Hujan merupakan perlambangan bagi „kebaikan‟ atau „kesuburan‟. Sementara itu, bunga bermakna „keindahan‟. 


b.Pengimajinasian 

Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Dengan kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah:
1. mendengar suara (imajinasi auditif) 
2. melihat benda-benda (imajinatif visual), atau 
3. meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil) 


c. Kata Konkret 

Kata-kata harus diperkonkret atau diperjelas, jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan penyair. Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan, setiap penyair berusaha mengonkretkan hal yang ingin dikemukakan agar pembaca membayangkan dengan lebih hidup apa yang dimaksudnya. Cara yang digunakan oleh setiap penyair berbeda dari cara yang digunakan oleh penyair lainnya. Pengonkretan kata ini erat hubungannya dengan pengimajian, pelambangan dan pengiasan. Ketiga hal itu juga memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan.


d. Bahasa Figuratif ( Majas) 

Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif yang menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Majas (figurative language) ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain. Maksudnya, agar gambaran benda yang dibandingkan itu lebih jelas. Misalnya, untuk menggambarkan keadaan ombak, penyair menggunkan majas personifikasi.
Majas menjadikan suatu puisi lebih indah. Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair, karena: (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif;(2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca; (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair; (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat (Perrine dalam Waluyo, 1987:115). 


e. Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum) 

Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Digunakan kata rima untuk mengganti istilah persajakan pada sistem lama karena diharapkan penempatan bunyi dan pengulangannya tidak hanya pada akhir setiap baris, namun juga untuk keseluruhan baris dan bait. Dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frasa yang berulangulang, merupakan unsur yang memperindah puisi itu. Ritma puisi berbeda dari metrum (matra), metrum berupa pengulangan tekanan kata yang tetap dan bersifat statis. Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakangerakan air yang teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus (mengalir terus). 


f. Tata Wajah (Tipografi) 

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait.


Unsur Batin

Ada empat unsur batin puisi, yakni: tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention) (Waluyo, 1987:106).  


a. Tema 

Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya.berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya. Tema itulah yang menjadi kerangka pengembangan sebuah puisi. Jika landasan awalnya tentang ketuhanan, maka keseluruhan struktur puisi itu tidak lepas dari ungkapan-ungkapan atas eksistensi Tuhan. Demikian halnya jika yang dominan adalah dorongan cinta dan kasih sayang, maka yang ungkapanungkapan asmaralah yang akan lahir dalam puisinya itu. 
Secara umum, tema-tema di dalam puisi dikelompokan sebagai berikut.

1. Tema Ketuhanan Puisi-puisi dengan tema Ketuhanan biasanya akan menunjukkan religious experience atau pengalaman religi penyair (Waluyo, 1987:107). 

2. Tema Kemanusiaan Tema kemanusiaan bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama (Waluyo, 1987:112). 


3. Tema Patriotisme/ Kebangsaan Puisi bertema ini berisikan gelora dan perasaan cinta penyair akan bangsa dan tanah airnya. Puisi ini mungkin pula melukiskan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan (Waluyo, 1987:115). 



4. Tema Kedaulatan Rakyat Dalam puisinya, penyair mengungkapkan sensitivitas dan perasaannya untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat dan menentang sikap kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa (Waluyo, 1987:115). 



5. Tema Keadilan Sosial Puisi yang bertema keadilan sosial menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesengsaraan rakyat. Puisi- puisi demonstrasi yang terbit sekitar tahun 1966 banyak yang menyuarakan keadilan sosial (Waluyo, 1987:118).



b. Perasaan

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, kepada alam, atau sang Khalik. Jika penyair hendak mengagungkan keindahan alam, maka sebagai sarana ekspresinya ia akan memanfaatkan majas serta diksi yang mewakili dan memancarkan makna keindahan alam. Jika ekspresinya merupakan kegelisahan dan kerinduan kepada sang Khalik, maka bahasa yang digunakan cenderung bersifat perenungan akan eksistensinya dan hakikat keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan. 
Tentang bagaimana seorang penyair mengekspresikan bentuk perasaannya itu antara lain, dapat dilihat dalam penggalan puisi berikut. 

Hanyut aku Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
Tuhan bawalah aku,
Meninggi ke langit ruhani


Lirik-lirik di atas diambil dari puisi yang berjudul Tuhan karya Bahrum Rangkuti. Puisi tersebut merupakan wujud kerinduan dan kegelisahan penyair untuk bertemu sang Khalik. Kerinduan dan kegelisahan itu diekspresikannya melalui kata hanyut, kasih, meninggi, dan langit ruhani(Waluyo, 1987:121).



c. Nada dan Suasana

Dalam menulis puisi, penulis memunyai sikap tertentu terhadap pembaca: apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi.Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu. Suasana merupakan akibat yang ditimbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan dan menimbulkan suasana tertentu terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca, nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca, nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk (Waluyo, 1987:125). 


c. Amanat

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan mereka yang berada dalam situasi demikian biasanya merasa bahwa menulis puisi merupakan kebutuhan untuk berekspresi atau kebutuhan untuk berkomunikasi dan disetiap karyanya pasti mengandung amanat yang berguna bagi pembaca. 


Tema berbeda dengan amanat, tema berhubungan dengan arti karya sastra, sedangkan amanat berhubungan dengan makna karya sastra (meaning dan significance). Arti karya sastra bersifat lugas, obyektif, dan khusus, sedangkan makna karya sastra bersifat kias, subyektif dan umum. Makna berhubungan dengan orang perorangan, konsep seseorang, dan situasi dimana penyair mengimajinasikan karyanya (Waluyo, 1987:130)





Demikian pengertian puisi dan unsur-unsurnya, semoga bermanfaat . terimakasih
Label: Bahasa Indonesia

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

  • Dasar-Dasar Elektronika
  • Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
  • Pengertian Komunikasi Dan Bentuknya
  • Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara
  • Manfaat Dan Pentingnya Membaca

Recent Posts

Loading...

Labels

  • Akuntansi
  • Akutansi
  • Bahasa Indonesia
  • Ekonomi
  • Elektronika
  • Fisika
  • informasi
  • IPA
  • IPS
  • Kewarganegaraan
  • Kimia
  • Komunikasi
  • Manajemen
  • Motivasi
  • Pajak
  • Pemasaran
  • Penelitian
  • Pengertian
  • Psikologi
  • Revolusi
  • Sejarah
  • seni
  • Sistem
  • Sistem Informasi
Copyright © Uraian Teori.com. All rights reserved. Template by Uraian Teori